Senin, 08 Juli 2013

Cerita Sahabat #2

“kring..” jam beker model sepatu cantik mulai berteriak membangunkanku. 
“Oke, oke. Gue bangun!” dengan lunglai dan mata yang masih belum mau dibuka ini aku berjalan mematikan benda berisik itu dan langsung bergegas menuju kamar mandi.
***
“sip, sekarang tinggal memasang ini dan… Sempurna!” Bercermin, ya, itu kebiasaan cewek normal umumkan?. Setelah yakin semua buku dalam daftar pelajaran sudah ku masukkan dalam tas, aku menyambar hand phone silverku yang sengaja kutaruh di tempatnya. Lampu berkedip merah, ada sms. Di Number name  tertulis *Kak Ridha Drira* dan dia mengirim sms yang sama 3 kali. Tidak biasanya. Bahkan smsnya hanya “Re, plsecall me after u read this :’(“ aku segera meninggalkan kamar, masih dengan bingung, kenapa Kak Ridha sms misterius gitu?, 
“Re, sarapan dulu!” Mama berbicara tanpa menatapku. 
“Renata bawa buat bekal ajalah Ma, tapi Renata lagi males buat naik motor sekarang. Anter pake mobil bolehkan?” kataku ngerengek ke mama. 
“True sweet heart, it’s yours. But sorry dear, bisa sama supir aja kan ya?” 
“terserah, yang penting gak naik motor” 
“jangan lupa bawa bekal nya!!! Makan yang banyak, dan…” oh entahlah aku tak mendengarkan mama, suara itu tenggelam dalam suara hujan di luar rumah.
***
“Jeremy Re, diabilang, dia dijodohin :’( gue nggak ngerti apa alasannya. Dia juga bilang, sebentar lagi diabakal tunangan .. huwaaaa…” Ini gila, belum pernah aku lihat Kak Ridha kayak gini. Ini bukan dia! 
“Oke Kak, keep calm. Lo harus tenang, right? Ceritain pelan-pelan Kak” Oh, aku harus bagaimana? Aku bukan orang yang mahir soal cinta, pacaran pun aku tak pernah. 
“Dia jahat Re. kalau emang dia gini mending dia bilang dari dulu, biar gak nyakitin gue kayak gini! Hiks hiks” Kak Ridha mulai tenang sekarang. Suasana masih gerimis, di jalanan meninggalkan bau anyir tanah dengan tambahan embun pagi yang sejuk. Aku masih dalam perjalan menuju mobil-ya tidak sepenuhnya tahu, karena suara tangisan Kak Ridha yang tidak memungkinkanku untuk melihat kondisi sekitar. 
“permisi non, ini sudah sampai” dengan tenang supirku membukakan pintu mobil dan tersenyum lembut padaku. Aku menutup telfon Kak Ridha dengan hormat sebelum aku membalas senyumnya. Baru saja aku ditinggal oleh mobilku yang menghilang di depan pagar sekolah. Dari arah belakang, muncul lagi mobil sedan hitam yang asli kalian bakal nganga ngeliatnya. Aku tak berhenti menatap mobil asing itu. Baru kali ini di sekolah ada orang sinting yang bawa mobil bagus kayak gini. Dari dalam mobil itu, keluar cowok tampan dengan kulit kuning langsat yang mengkilat terkena butiran hujan yang membasahinya. Aku makin nganga ngelihat dia, gak butuh waktu lama gerombolan para wanita sekolahku berlarian menghampirinya.
“permisi dong, gue juga pingin lihat!” aku penasaran, gak sepantasnya cowok baru yang datang diberi sambutan hangat kayak gini. Kecuali dia sedikit istimewa- oh mungkin tidak sedikit, tapi memang super istimewa!.
”hati-hati dong!” para siswi yang tidak sengaja aku injak kakinya atau kusikut lengannya selalu menggerutu ketika aku berhasil menerobos melewati mereka. Shit, aku kejepit. Tinggal selangkah lagi aku bisa liat dia. Kenapa aku harus ada diantara tikaman lengan si 2 beruang ini sih. Oke, harus bisa keluar dengan sekuat tenaga. Satu… dua.. tiga.. yap aku lolos, oh mungkin tidak. “brak” pas, aku harap petir menyambarku sekarang. Aku jatuh tepat di depan Si Anak Baru itu. Gemaan tawa siswi-siswi memenuhi telingaku sekarang. Aku bangkit, mencoba membersihkan rokku yang basah oleh kubangan kecil disana. 
“Kamu ini, ceroboh atau apasih?” aku langsung menatap ke sumber suara yang ternyata “Si Anak Baru yang kece itu-tidak yang menyebalkan itu!”. Dia membuka kaca mata hitam nya. Awalnya, alisnya tak terlihat dan sekarang sepasang mata beningnya menyorot langsung ke mataku. Awalnya aku deg-degan, tapi selanjutnya.. “bodoh” suaranya berbisik namun pasti, tambahan lagi SENYUM SINIS KECUT nya itu yang bikin aku langsung berbalik 360° menilainya. Senyumnya makin menyebalkan. 
“eh, iya deh. Lo ganteng, tapi enggak sama sikap lo!” Refleks, camkan! Aku bukan cewek yang kalo dihina diem aja. Sekali pun yang bilang Si Anak Bermata Bening itu. Lho? Kok aku jadi muji-muji dia terus sih?. 
“heh!” tiba-tiba tangan kasar mendorongku dari belakang punggungku. Mati aku! 
“Lo itu siapa sih? Berani-beraninya lo ngomong gitu! Lo gak pantes ngerti! Nggak P-A-N-T-E-S!” Dia Tita, cewek terkece yang mungkin bisa dibilang paling ditakutin di sekolah. Siswi lain melongo aja ngeliatin adegan ini. Bantuin gue kek!. 
“udah-udah… anggep aja yang tadi itu nggak pernah ada. Okay?” Dengan tampang stay coolnya, Si Anak Baru tadi makin menjadi-jadi. Sekarang dia tersenyum manis, senyum yang ngebuat Tita meleleh- oke keliatan banget, soalnya Tita melongo. Tapi enggak di mataku! Dia tetep anak yang paling nyebelin yang pernah aku kenal. Skip! Dari pada sebel. Mending pergi dari tempat ini. Aku lari…
.
#MIKHA#
.
"Dia siapa?" aku bertanya pada anak yang, ya.. lumayan cantik sih. Tapi tidak! Dia bukan tipeku. 
"Dia yang mana?" cewek itu menjawab dengan nada yang imut dibuat-buat. aku yakin!
"yang tadi, yang jatuh itu."
"Oh, Si Cewek yang tadi kamu bilang bodoh itu? Dia memang nyebelin sih. Waktu itu aku aja pernah..." belum selesai dia menjawab, aku potong jawabannya dari pada aku mendengar jawaban nggak penting yang ngerusak telinga
"I just ask, who is she?"
"Oke, oke, jangan marah gitu dong. Nanti gantengnya ilang lho. Dia itu Renata, banyak yang panggil Rere. Dia anak 10-3 yang jadi vokalis band murahan di sini" Si Cewek berhenti sebentar untuk bernafas, "lalu, nama kamu sendiri siapa?" mimik wajahnya berubah jadi ceria. Damn! I hate poker face. Dia ngulurin tangannya.
"Mikha, nama gue Mikha Angelo" demi Tuhan sebenernya gue nggak mau pegang tangannya but it's my first time in this school. Aku nggak akan buat kesan buruk tentang diriku sendiri. Aku jabat tangannya.
"nama gue Tita Margarettha, panggil aja Tita" dia tersenyum manis
.
jadi nama cewek itu Rere? Manis juga. Jadi pernasaran... Tapi matanya, aku kenal mata itu. Apa mungkin dia itu "dia"?
*flash back* 
"Kak Mikha! Ini lho, bunga yang ini. Coba cium! Harum lho!" Si Perempuan mungil dan cantik itu menyodoriku dengan bunga yang tak ku ketahui namanya. Aku mengambilnya. Dia tersenyum, dia jauh lebih manis 
"Wah, iya, harum, tapi lebih cocok di... sini!" selesai menciumnya, aku yang masih kecil itu, menyematkan bunga ungu itu di selipan telinganya.
"aku cantik kan kak? Cantikkan?" dia bertanya dengan riang. 
"Ya, kau cantik. Cantik sekali..." aku hanya menjawabnya dari dalam hati. Dan bayangannya mulai tersapu oleh ingatan lama yang tak bisa lebih parah ku Ingat.
.
*bersambung*

By: TIARA PRADITA

2 komentar: